Harmoni dalam Tumitlangkung : Simfoni Kebersihan di SMP Negeri 1 Sleman

Harmoni dalam Tumitlangkung : Simfoni Kebersihan di SMP Negeri 1 Sleman

Oleh : Agus Istiyadi, S.Pd., M.Pd

 

     SMP Negeri 1 Sleman, merupakan salah satu sekolah negeri yang memiliki hamparan luas dengan pepohonan rimbun, terdapat suatu kebiasaan yang menjadi simfoni kebersihan setiap hari. Sekolah yang berdiri megah di atas lahan seluas 14.000 meter persegi ini memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Sejatinya, sekolah ini dikenal salah satunya karena lingkungan asri yang menawarkan suasana belajar yang menyenangkan dan menenangkan.

    Namun, luasnya area sekolah menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kebersihan, terutama dalam adanya petugas kebersihan di sekolah yang hanya mempunyai dua petugas kebersihan. Dalam panorama alam sekolah yang begitu luas, hanya dua petugas kebersihan yang berjuang menjaga keindahan dan kerapian lingkungan. Luasnya tanah di SMP ini membuat upaya mereka seperti tetesan air di gurun pasir. Lingkungan yang begitu luas ini bukanlah hal yang mudah untuk dijaga kebersihannya oleh segelintir orang saja. Namun, daripada menyerah pada keterbatasan, SMP Negeri 1 Sleman memilih untuk melihat tantangan ini sebagai peluang untuk melibatkan seluruh komunitas sekolah dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dari sinilah lahir sebuah inisiatif yang dikenal dengan nama “Tumitlangkung” akronim dari tujuh menit untuk kelas dan lingkungan sebuah aksi kebersihan yang dilakukan selama tujuh menit di setiap hari. Dimaksudkan juga sebagai infak waktu selama tujuh menit untuk merawat kelas dan lingkungan sekolah.

       Kendati demikian, ada tantangan lain yang lebih subtil tetapi tak kalah signifikan yaitu banyak siswa di SMP Negeri 1 Sleman berasal dari keluarga yang berkecukupan. Kebanyakan dari mereka hidup dalam kenyamanan yang memanjakan, jauh dari aktivitas membersihkan dan merapikan lingkungan. Kebiasaan di rumah yang didukung oleh asisten rumah tangga dan fasilitas memadai sering kali membuat mereka jauh dari realitas bahwa menjaga kebersihan adalah tanggung jawab bersama. Selain itu, kebanyakan siswa menganggap bahwa membersihkan lingkungan adalah tanggung jawab karyawan (tukang kebun sekolah), pada hal jumlahnya hanya dua orang yang harus membersihkan dan merawat tanaman seluas 14.000 m2..  Namun, SMP Negeri 1 Sleman tidak melihat latar belakang sosial-ekonomi siswa sebagai hambatan, melainkan sebagai kesempatan emas untuk mendidik mereka tentang pentingnya kebersihan, kemandirian, dan tanggung jawab sosial. Dengan filosofi bahwa pendidikan bukan hanya tentang ilmu pengetahuan tetapi juga pembentukan karakter, SMP Negeri 1 Sleman berkomitmen untuk menanamkan nilai-nilai kebersihan dan tanggung jawab kepada seluruh siswa.

      Dari hal itu, lahirlah program “Tumitlangkung” yang merupakan kegiatan selama Tujuh Menit untuk kelas dan Lingkungan. Kegiatan Tumitlangkung ialah sebuah aksi kolektif yang melibatkan seluruh warga di SMP Negeri 1 Sleman yaitu kepala sekolah, guru, pegawai, dan petugas di sekolah. Selain itu, mahasiswa Praktik Kependidikan (PK) dari Universitas Negeri Yogyakarta juga terlibat dalam program Tumitlangkung. Aksi ini dibagi menjadi sistem blok, di mana setiap jenjang kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX bertanggung jawab atas area tertentu dari sekolah. Setiap hari, pada waktu yang telah ditentukan, seluruh siswa, guru, dan staf berkumpul di area yang telah ditugaskan kepada mereka. Dengan semangat gotong royong, mereka membersihkan area sekitar sekolah dalam waktu tujuh menit. Meski terdengar singkat, kegiatan ini diatur dengan sangat efisien. Setiap orang bertanggung jawab untuk membersihkan satu meter di depan dan satu meter di samping mereka, sehingga dalam waktu tujuh menit, seluruh lingkungan sekolah dapat dibersihkan dengan tuntas. Kegiatan ini bukan hanya sekadar membersihkan, tetapi juga membangun rasa kebersamaan dan tanggung jawab. Para guru tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga ikut serta dalam membersihkan. Kehadiran mahasiswa PK dari UNY juga menambah semangat dan memberikan contoh kepada para siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

      Wali kelas membersamai mereka, canda-canda kecil yang berisi petuah sering terlontar dari para wali kelas, termasuk masukan dan harapan para siswa terhadap para guru dan sekolah. Di sinilah hubungan harmonis antara guru dan siswa terjalin indah.

     Aksi Tumitlangkung ini tidak hanya kerja bakti yang berdampak pada kebersihan fisik lingkungan sekolah, tetapi juga memberikan efek mendalam pada sikap dan perilaku seluruh komunitas sekolah. SMP Negeri 1 Sleman telah mendapatkan penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional, sebuah pengakuan atas upaya mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mempromosikan pendidikan lingkungan di kalangan siswa. Penghargaan ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi sekolah, tetapi juga menjadi refleksi akan perubahan positif yang terjadi. Para guru dan karyawan, yang awalnya mungkin skeptis atau ragu tentang efektivitas program ini, kini merasakan manfaatnya. Mereka melihat betapa tindakan sederhana seperti Tumitlangkung dapat membangun budaya kebersihan dan kebersamaan yang kuat di kalangan siswa. Para siswa yang pada awalnya mungkin merasa terpaksa atau tidak nyaman, kini menunjukkan kebanggaan atas lingkungan sekolah mereka yang bersih dan nyaman. Lebih dari sekadar penghargaan, gelar Sekolah Adiwiyata Nasional ini juga memberikan dampak positif terhadap sikap para siswa. Mereka belajar bahwa kebersihan adalah tanggung jawab bersama dan memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan lingkungan.

       Program Tumitlangkung juga melatih para siswa untuk lebih mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab. Seorang guru mengungkapkan bahwa program ini telah mengubah cara pandangnya terhadap potensi siswa. Pada awalnya para guru tidak yakin terhadap program Tumitlangkung apakah dapat berjalan dengan lancar atau tidak. Namun, melihat semangat yang dimiliki oleh para siswa dan hasil yang mereka capai atas program Tumitlangkung membuat para guru merasa bangga dan yakin bahwa mereka bisa lebih dari yang dipikirkan oleh para guru dan karyawan sekolah. Siswa-siswa yang dulunya acuh tak acuh terhadap kebersihan, kini lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka tidak lagi melihat kebersihan sebagai tanggung jawab orang lain, tetapi sebagai bagian dari tanggung jawab pribadi dan kolektif mereka. Tumitlangkung bukan sekadar kegiatan kebersihan, tetapi sebuah gerakan untuk membangun budaya peduli lingkungan di SMP Negeri 1 Sleman. Kegiatan ini mengajarkan bahwa kebersihan adalah tanggung jawab bersama yang harus dijaga secara kerja sama. Hal ini juga mengajarkan nilai-nilai kemandirian dan tanggung jawab yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa. Dengan dukungan dari seluruh komunitas sekolah, termasuk guru, siswa, dan mahasiswa PK dari UNY, program Tumitlangkung terus berkembang dan membawa dampak positif.

      Penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional  yang diterima oleh SMP Negeri 1 Sleman bukan hanya pengakuan atas upaya mereka, tetapi juga dorongan untuk terus mempertahankan dan meningkatkan standar kebersihan dan kelestarian lingkungan. Gerakan Tumitlangkung di SMP Negeri 1 Sleman menjadi bukti bahwa dengan kerja sama dan komitmen, tantangan apapun bisa diatasi. Hal ini adalah cerita tentang bagaimana sebuah komunitas bisa bersatu untuk mencapai tujuan bersama, tentang bagaimana tanggung jawab individu bisa berkontribusi pada kesejahteraan kolektif, dan tentang bagaimana tindakan kecil bisa membawa perubahan besar. Gerakan Tumitlangkung meninggalkan warisan yang lebih dari sekadar kebersihan fisik. Hal tersebut karena menanamkan nilai-nilai yang akan terus hidup dalam diri setiap siswa seperti rasa tanggung jawab, cinta lingkungan, dan semangat kebersamaan. Inilah cerita tentang bagaimana SMP Negeri 1 Sleman mengubah tantangan menjadi peluang, menciptakan harmoni dalam tindakan sederhana, dan membangun masa depan yang lebih cerah dan bersih untuk semua.

Tinggalkan Balasan